Di kala senja itu, disaat sang mentari secara perlahan-lahan mulai merebahkan diri di batas cakrawala dan kita pernah memaknai arti dari kabahagiaan juga arti kesetiaan serta arti kehilangan itu, iya disini di ujung senjan ini.
Senja itu, semua rasa teraduk menjadi padu dan menampilkan akan kesunyian dan separuh hati yang tertinggal entah dimana.
Ya senja itu, di saat cahaya cemerlang kemerahan menghiasi angkasa raya engkau masih berdiri tegak di penghujung senja dan kepala tengadah sembari membiarkan setiap helai rambutmu di belai oleh angin petang yang lembut.
Waktu mungkin kerap kali mampu memudarkan luka serta musim demi musim yang telah berlalu tak juga lelah buat kita mengakui bahwa cinta dalam genggaman hanyalah semu adanya dan tak berarti apa-apa.
Duhai wanita di penghujung senja, sesungguhnya masa lalu yang kita sesali itu hadir bagian dari rencana masa depan yang tak bisa terjadi dan tak akan terlupa sampai kapanpun.
Kenangan itu dimana kita bangun bersama yang kita sematkan secara diam-diam pada kilau mentari yang cahayanya secara perlaham mulai meredup.
Sementara, ketika malam kian erat memeluk sang senja dan berusaha serta banyak harapan agar tak tercecer satu-satu menjadi serpihan-serpihan kecil di sepanjang perjalanan, tak tergapai, tak tercapai.
Mantap mbah...
BalasHapus